Oia, di sana juga ada banyak telaga, salah satunya adalah telaga Werna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung. Kita bisa menikmati Indahnya bangunan candi hindu yang dibangun sekitar abad ke-7.ĭi sana, kita juga bisa menikmati indahnya kawah-kawah vulkanik dan gua yang sering digunakan sebagai tempat olah spiritual. Penduduk lokal biasanya menyebut suhu ekstrem itu dengan bun upas yang artinya “embun racun” karena embun ini bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Bahkan, suhu udara kadang dapat mencapai 0☌ di pagi hari, terutama antara Juli-Agustus. Temperatur berkisar 15-20☌ di siang hari dan 10☌ di malam hari. Mulai dari wisata Sejarah, Agro sampai wisata geologi. Kita bisa mengunjungi banyak titik wisata di sana. Maka, Dieng menjadi tempat yang pas untuk keberadaan komplek candi arjuna di kawasan Dieng, yang dijadikan tempat pemujaan umat Hindu untuk para Dewa. Dalam ajaran Hindu, dewa-dewa diyakini berada di tempat-tempat tertinggi, seperti gunung. Dieng berasal dari kata Di hyang, yang artinya adalah tempat para Dewa bersemayam. Kawasan candi yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-7, berdiri gagah diantara hijaunya rumput, bersembunyi di balik tebalnya kabut.Īh, Dieng, seribu pesona dengan beragam wisata menarik. Sore hari menjelang senja, akhirnya kami sampai di Dieng. Huuuuffff itu pengalaman yang seru sekaligus menegangkan, mengingat betapa dalamnya jurang yang berada di tepi jalan tadi. Artinya, aku dan adikku harus berjalan dan sedikit berlari untuk mengejar mobil dengan sisa-sisa tenaga dan nafas yang terengah karena kabut.ĭalam keadaan kabut yang tebal dan cuaca yang dingin karena hujan, cukup sulit mendapatkan udara yang enak untuk bernafas. Tanpa berhenti, ibu terus memacu mobil hingga mobil berada di atas jalanan yang datar. Setelah cukup lama kami bertahan, akhirnya mobil berhasil kembali jalan. Mobil atau motor yang lewat pun tidak ada. Aku dan adikku yang berada di luar mobil merasa sesak untuk bernafas. Sekali lagi ibu mencoba menginjak gas sebisa mungkin, agar mobil tidak merosot turun ke arah jurang. Mencari batu besar untuk mengganjal mobil. Akhirnya, aku dan seorang adikku keluar dari mobil. Saya saat itu sangat khawatir, ibu tidak bisa menahan kakinya di atas rem, sekalipun sudah menggunakan rem tangan. Mobil berhenti di tengah-tengah kabut dan jalan yang menanjak. Belum lagi kabut tebal dan hujan rintik yang semakin membuat ibu kesulitan untuk menyetir. Suatu ketika, mobil kami tidak mampu naik terus di atas jalanan yang terkadang berlubang. Belum lagi, terkadang di depan kami berhenti mobil pengangkut sayuran yang berhenti mendadak di tengah hujan dan jalanan yang licin dan berkelok. Jalanan yang kami lewati meliuk, curam dan licin. Lalu, sore hari, kami sudah hampir sampai di pintu dieng.
Cuaca sedang panas memang, dan kami sedang berada di daerah Purwokerto. Siang itu matahri terasa berada sangat dekat. Jalur yang belum pernah kami coba dengan mengendarai mobil. Tetapi, setelah melihat peta, ibu memutuskan untuk melewati jalur banjarnegara. Untuk mencapai dieng, bisa saja kita melalui jalur semarang.
Kabut senja di perkebunan Dieng (Jawa Tengah)īerangkat melalui jalur Banjarnegara (itu adalah track pertama kali yang ibu coba untuk sampai ke dieng).